Daftar Raja Britania Raya Dulu: Sejarah Singkat
Hey guys! Pernah gak sih kalian bertanya-tanya siapa aja sih raja-raja yang pernah memimpin Britania Raya di masa lalu? Nah, kali ini kita bakal membahas daftar raja-raja Britania Raya dulu secara singkat dan menarik. Yuk, simak!
Sejarah Singkat Britania Raya
Sebelum kita masuk ke daftar raja-raja, ada baiknya kita mengenal sedikit tentang sejarah Britania Raya. Britania Raya terbentuk melalui serangkaian penyatuan politik yang kompleks selama berabad-abad. Pada awalnya, wilayah ini terdiri dari kerajaan-kerajaan kecil yang saling bersaing. Proses penyatuan ini melibatkan Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara, yang masing-masing memiliki sejarah dan identitas budaya yang kaya.
Penyatuan Inggris dan Skotlandia pada tahun 1707 melalui Acts of Union menjadi tonggak penting dalam pembentukan Britania Raya. Sebelumnya, kedua negara ini memiliki raja yang sama sejak tahun 1603, tetapi tetap mempertahankan pemerintahan dan hukum yang terpisah. Setelah penyatuan, terbentuklah Kerajaan Britania Raya dengan parlemen tunggal di Westminster. Proses ini gak sepenuhnya mulus, lho. Ada banyak perdebatan dan penentangan, terutama di Skotlandia, yang khawatir akan kehilangan identitas dan kemerdekaan mereka.
Selanjutnya, pada tahun 1801, Irlandia bergabung dengan Britania Raya melalui Acts of Union. Namun, integrasi Irlandia ini jauh lebih problematik dan memicu konflik berkepanjangan. Banyak orang Irlandia merasa bahwa mereka diperlakukan tidak adil dan menginginkan kemerdekaan. Konflik ini mencapai puncaknya pada abad ke-20 dengan Perang Kemerdekaan Irlandia dan akhirnya menghasilkan pembentukan Negara Bebas Irlandia (yang kemudian menjadi Republik Irlandia) pada tahun 1922. Irlandia Utara tetap menjadi bagian dari Britania Raya, meskipun dengan tingkat otonomi tertentu.
Sejarah Britania Raya penuh dengan intrik, perang, dan perubahan politik. Dari kerajaan-kerajaan kecil hingga menjadi kekuatan global, perjalanan Britania Raya sangat menarik untuk dipelajari. Pemahaman akan sejarah ini membantu kita menghargai warisan budaya dan politik yang kaya dari negara ini, serta memahami bagaimana Britania Raya menjadi seperti sekarang ini.
Daftar Raja Britania Raya
Berikut adalah daftar raja-raja Britania Raya sejak terbentuknya kerajaan ini pada tahun 1707:
1. Ratu Anne (1707-1714)
Ratu Anne adalah raja pertama Britania Raya setelah penyatuan Inggris dan Skotlandia pada tahun 1707. Masa pemerintahannya ditandai dengan Perang Suksesi Spanyol, sebuah konflik besar yang melibatkan banyak negara Eropa. Anne adalah putri dari Raja James II dan adik dari Mary II, yang memerintah bersama suaminya, William III. Ia naik takhta setelah kematian William III pada tahun 1702 dan memerintah Inggris, Skotlandia, dan Irlandia sebelum penyatuan.
Anne menghadapi banyak tantangan selama pemerintahannya, termasuk masalah suksesi. Ia menikah dengan Pangeran George dari Denmark, tetapi mereka tidak memiliki anak yang hidup sampai dewasa. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang siapa yang akan menggantikannya setelah kematiannya. Untuk mengatasi masalah ini, Parlemen mengeluarkan Act of Settlement pada tahun 1701, yang menetapkan bahwa takhta akan diwariskan kepada Sophia dari Hanover dan keturunannya, jika Anne tidak memiliki ahli waris.
Perang Suksesi Spanyol adalah peristiwa penting selama pemerintahan Anne. Inggris, bersama dengan sekutunya, berperang melawan Prancis dan Spanyol untuk mencegah dinasti Bourbon menguasai Spanyol. Perang ini berlangsung selama lebih dari satu dekade dan berakhir dengan Perjanjian Utrecht pada tahun 1713. Perjanjian ini memberikan keuntungan signifikan bagi Inggris, termasuk pengakuan atas klaim mereka atas Gibraltar dan Minorca.
Selain urusan luar negeri, Anne juga menghadapi tantangan dalam negeri. Ia harus menavigasi persaingan antara partai Whig dan Tory, yang memiliki pandangan politik yang berbeda. Anne cenderung mendukung Tory, tetapi ia juga harus bekerja sama dengan Whig untuk menjaga stabilitas pemerintahan. Ratu Anne meninggal pada tahun 1714 tanpa meninggalkan ahli waris, dan takhta diwariskan kepada George I dari Hanover.
2. Raja George I (1714-1727)
Raja George I adalah raja kedua Britania Raya dan merupakan anggota pertama dari House of Hanover yang naik takhta. Ia lahir dan dibesarkan di Jerman dan gak fasih berbahasa Inggris. Hal ini membuatnya bergantung pada para menteri untuk menjalankan pemerintahan. George I adalah putra dari Sophia dari Hanover, cucu dari James I dari Inggris. Ia menjadi ahli waris takhta Britania Raya setelah Act of Settlement 1701 menetapkan bahwa hanya протестанты yang boleh menjadi raja atau ratu.
Kedatangan George I ke Britania Raya disambut dengan berbagai reaksi. Beberapa orang Inggris merasa senang memiliki raja Protestan yang kuat, sementara yang lain meragukan kemampuannya karena ia gak mengenal budaya dan bahasa Inggris. George I memilih untuk tetap tinggal di Inggris dan berusaha untuk memahami sistem politik dan sosial negara tersebut. Ia menunjuk Robert Walpole sebagai perdana menteri, yang membantu menstabilkan pemerintahan dan ekonomi negara.
Masa pemerintahan George I ditandai dengan pemberontakan Jacobite pada tahun 1715. Para pendukung James Stuart, yang dikenal sebagai Jacobites, berusaha untuk merebut kembali takhta bagi династия Стюарт. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan oleh pasukan pemerintah, tetapi menunjukkan bahwa masih ada ketidakpuasan terhadap pemerintahan Hanoverian. George I juga menghadapi tantangan dari partai Tory, yang merasa tersisih dari kekuasaan setelah naiknya династия Hanover.
George I meninggal pada tahun 1727 saat mengunjungi Hanover. Ia digantikan oleh putranya, George II. Meskipun masa pemerintahannya gak selalu populer, George I berhasil mempertahankan stabilitas politik dan ekonomi Britania Raya. Ia juga meletakkan dasar bagi dinasti Hanover untuk memerintah Britania Raya selama lebih dari satu abad.
3. Raja George II (1727-1760)
Raja George II adalah raja ketiga Britania Raya. Seperti ayahnya, ia lahir dan dibesarkan di Jerman, tetapi ia lebih fasih berbahasa Inggris dan lebih terlibat dalam urusan politik Britania Raya. Masa pemerintahannya ditandai dengan peningkatan kekuatan Britania Raya di panggung dunia dan perkembangan budaya dan seni yang signifikan. George II adalah raja terakhir yang memimpin pasukannya dalam pertempuran, yaitu pada Pertempuran Dettingen pada tahun 1743.
George II menghadapi tantangan dari Jacobites, yang kembali mencoba merebut takhta pada tahun 1745. Pemberontakan ini dipimpin oleh Charles Edward Stuart, yang dikenal sebagai Bonnie Prince Charlie. Meskipun Jacobites berhasil meraih beberapa kemenangan awal, mereka akhirnya dikalahkan dalam Pertempuran Culloden pada tahun 1746. Kemenangan ini mengakhiri harapan Jacobites untuk merebut kembali takhta dan memperkuat posisi dinasti Hanover.
Selama pemerintahan George II, Britania Raya terlibat dalam beberapa perang besar, termasuk Perang Suksesi Austria dan Perang Tujuh Tahun. Perang-perang ini menghasilkan keuntungan teritorial dan ekonomi yang signifikan bagi Britania Raya, termasuk penguasaan atas Kanada dan India. George II bekerja sama dengan para menterinya, termasuk Robert Walpole dan William Pitt the Elder, untuk mengarahkan kebijakan luar negeri dan militer Britania Raya.
Selain urusan politik dan militer, George II juga mendukung perkembangan budaya dan seni. Ia adalah pelindung seni yang dermawan dan mendukung banyak seniman dan musisi. Masa pemerintahannya menyaksikan perkembangan musik klasik, sastra, dan seni visual. George II meninggal pada tahun 1760 dan digantikan oleh cucunya, George III.
4. Raja George III (1760-1820)
Raja George III adalah raja keempat Britania Raya dan salah satu raja yang paling dikenal dalam sejarah Britania Raya. Ia lahir di Britania Raya dan berbahasa Inggris sebagai bahasa pertamanya, berbeda dengan para pendahulunya dari House of Hanover. Masa pemerintahannya ditandai dengan peristiwa-peristiwa penting seperti Revolusi Amerika, Perang Napoleon, dan perkembangan industri yang pesat.
George III dikenal karena keyakinan politiknya yang kuat dan keinginannya untuk memainkan peran aktif dalam pemerintahan. Ia percaya bahwa raja harus memiliki kekuatan yang signifikan dan gak hanya menjadi tokoh seremonial. Hal ini sering kali membuatnya berselisih dengan para menterinya, yang berpendapat bahwa raja harus mengikuti nasihat mereka. George III bertekad untuk mempertahankan kekuasaan kerajaan dan gak membiarkan parlemen mendominasi pemerintahan.
Revolusi Amerika adalah salah satu peristiwa paling penting selama pemerintahan George III. Koloni-koloni Amerika memberontak melawan pemerintahan Britania Raya karena merasa diperlakukan tidak adil dan dikenakan pajak yang berlebihan. George III bersikeras untuk mempertahankan kendali atas koloni-koloni Amerika dan menolak untuk berkompromi dengan para pemberontak. Perang Kemerdekaan Amerika berlangsung selama bertahun-tahun dan berakhir dengan kekalahan Britania Raya dan kemerdekaan Amerika Serikat.
Setelah Revolusi Amerika, George III menghadapi tantangan baru dengan munculnya Napoleon Bonaparte di Prancis. Perang Napoleon berlangsung selama lebih dari satu dekade dan melibatkan banyak negara Eropa. George III memimpin Britania Raya dalam perjuangan melawan Napoleon dan berhasil mengalahkan Prancis dalam Pertempuran Waterloo pada tahun 1815. Kemenangan ini mengamankan posisi Britania Raya sebagai kekuatan global dan mengakhiri ancaman Napoleon terhadap Eropa.
Selain urusan politik dan militer, George III juga menyaksikan perkembangan industri yang pesat di Britania Raya. Revolusi Industri mengubah ekonomi dan masyarakat Britania Raya, dengan munculnya pabrik-pabrik, mesin-mesin baru, dan pertumbuhan kota-kota. George III mendukung perkembangan industri dan inovasi teknologi, yang membantu Britania Raya menjadi pusat industri dunia.
Pada akhir masa pemerintahannya, George III mengalami masalah kesehatan mental yang serius. Ia menderita serangkaian эпизоды kegilaan yang membuatnya gak mampu memerintah. Putranya, George IV, diangkat sebagai wali raja dan memerintah atas namanya. George III meninggal pada tahun 1820 setelah memerintah selama hampir 60 tahun.
5. Raja George IV (1820-1830)
Raja George IV adalah raja kelima Britania Raya. Ia memerintah sebagai wali raja sejak tahun 1811 karena penyakit mental ayahnya, George III. George IV dikenal karena gaya hidupnya yang mewah dan eksentrik, serta hubungannya yang kontroversial dengan wanita. Ia gak populer di kalangan rakyat karena dianggap boros dan gak peduli dengan masalah-masalah mereka.
George IV menikah dengan Caroline dari Brunswick, tetapi pernikahan mereka gak bahagia dan mereka hidup terpisah selama bertahun-tahun. Ketika George IV naik takhta pada tahun 1820, ia berusaha untuk menceraikan Caroline, tetapi upayanya ditentang oleh banyak orang di Britania Raya. Kasus perceraian ini menjadi skandal publik dan merusak reputasi George IV.
Masa pemerintahan George IV ditandai dengan reformasi politik dan sosial yang signifikan. Parlemen mengeluarkan undang-undang yang menghapuskan diskriminasi terhadap umat Katolik dan memperluas hak pilih. George IV awalnya menentang reformasi ini, tetapi akhirnya terpaksa menyetujuinya karena tekanan dari parlemen dan opini publik.
George IV adalah pelindung seni dan arsitektur. Ia menugaskan pembangunan Istana Buckingham dan Kastil Windsor, serta mendukung banyak seniman dan musisi. Meskipun ia gak populer di kalangan rakyat, George IV memberikan kontribusi yang signifikan terhadap budaya dan seni Britania Raya. George IV meninggal pada tahun 1830 dan digantikan oleh adiknya, William IV.
6. Raja William IV (1830-1837)
Raja William IV adalah raja keenam Britania Raya. Ia dikenal sebagai "Sailor King" karena menghabiskan sebagian besar hidupnya di Angkatan Laut Kerajaan. William IV memerintah selama periode reformasi politik dan sosial yang signifikan, termasuk pengesahan Reform Act 1832, yang memperluas hak pilih dan mengubah sistem pemilihan parlemen. William IV adalah raja yang sederhana dan bersahaja, yang lebih disukai oleh rakyat daripada pendahulunya, George IV.
William IV menikahi Adelaide dari Saxe-Meiningen dan mereka memiliki dua anak perempuan yang meninggal saat masih kecil. Karena gak memiliki ahli waris yang sah, takhta diwariskan kepada keponakannya, Victoria, setelah kematiannya pada tahun 1837. William IV memainkan peran penting dalam pengesahan Reform Act 1832. Ia awalnya menentang reformasi, tetapi akhirnya menyetujuinya setelah diyakinkan oleh para menterinya bahwa itu adalah untuk kepentingan terbaik negara.
Reform Act 1832 adalah undang-undang yang sangat penting dalam sejarah Britania Raya. Undang-undang ini menghapuskan banyak "rotten borough", yaitu daerah pemilihan yang memiliki sedikit penduduk tetapi mengirimkan perwakilan ke parlemen. Undang-undang ini juga memperluas hak pilih kepada lebih banyak orang, termasuk pemilik properti dan penyewa. Reform Act 1832 membantu membuat sistem politik Britania Raya lebih adil dan representatif.
William IV meninggal pada tahun 1837 setelah memerintah selama tujuh tahun. Ia digantikan oleh keponakannya, Victoria, yang memerintah selama lebih dari 60 tahun dan menjadi salah satu raja yang paling dikenal dalam sejarah Britania Raya.
7. Ratu Victoria (1837-1901)
Ratu Victoria memerintah Britania Raya selama lebih dari 60 tahun, periode yang dikenal sebagai Era Victoria. Masa pemerintahannya ditandai dengan kemajuan industri, ekspansi kekaisaran, dan perubahan sosial yang signifikan. Victoria menikahi Pangeran Albert dari Saxe-Coburg dan Gotha, dan mereka memiliki sembilan anak. Albert adalah penasihat dan pendukung yang berpengaruh bagi Victoria, dan kematiannya pada tahun 1861 sangat memukulnya.
Victoria dikenal karena moralitasnya yang ketat dan rasa tanggung jawabnya yang kuat. Ia menjadi simbol stabilitas dan kemakmuran bagi Britania Raya. Masa pemerintahannya menyaksikan perkembangan Kekaisaran Britania menjadi kekuatan global yang dominan. Britania Raya menguasai wilayah yang luas di seluruh dunia, termasuk India, Australia, dan Afrika. Victoria menjadi Permaisuri India pada tahun 1876.
Selain ekspansi kekaisaran, Era Victoria juga menyaksikan kemajuan industri yang pesat. Britania Raya menjadi pusat industri dunia, dengan pabrik-pabrik yang memproduksi barang-barang untuk diekspor ke seluruh dunia. Revolusi Industri membawa perubahan sosial yang signifikan, termasuk pertumbuhan kota-kota, peningkatan standar hidup, dan munculnya kelas pekerja baru.
Victoria meninggal pada tahun 1901 setelah memerintah selama 63 tahun. Ia digantikan oleh putranya, Edward VII. Masa pemerintahan Victoria dikenang sebagai periode kemakmuran, stabilitas, dan kemajuan bagi Britania Raya.
8. Raja Edward VII (1901-1910)
Raja Edward VII adalah raja Britania Raya setelah Ratu Victoria. Ia dikenal karena diplomasi dan gaya hidupnya yang mewah. Edward VII memainkan peran penting dalam meningkatkan hubungan antara Britania Raya dan negara-negara Eropa lainnya. Ia dikenal sebagai "Peacemaker" karena usahanya untuk mencegah perang.
Edward VII menikahi Alexandra dari Denmark dan mereka memiliki enam anak. Ia adalah raja yang populer di kalangan rakyat dan dikenal karena keramahannya dan cintanya pada kesenangan. Masa pemerintahannya relatif singkat, tetapi ia memberikan kontribusi yang signifikan terhadap diplomasi dan budaya Britania Raya.
Edward VII meninggal pada tahun 1910 dan digantikan oleh putranya, George V.
9. Raja George V (1910-1936)
Raja George V memerintah Britania Raya selama Perang Dunia I dan periode межвоенного. Ia mengubah nama династия kerajaan dari Saxe-Coburg dan Gotha menjadi Windsor pada tahun 1917 untuk mencerminkan sentimen anti-Jerman selama perang. George V dikenal karena rasa tanggung jawabnya yang kuat dan dedikasinya kepada negaranya. Ia adalah raja yang populer di kalangan rakyat dan menjadi simbol persatuan selama masa-masa sulit.
George V menikahi Mary dari Teck dan mereka memiliki enam anak. Ia adalah kakek dari Ratu Elizabeth II. Masa pemerintahannya menyaksikan perubahan sosial dan politik yang signifikan, termasuk pemberian hak pilih kepada wanita dan pertumbuhan gerakan buruh. George V meninggal pada tahun 1936 dan digantikan oleh putranya, Edward VIII.
10. Raja Edward VIII (1936)
Raja Edward VIII memerintah Britania Raya selama kurang dari satu tahun. Ia turun takhta pada tahun 1936 untuk menikahi Wallis Simpson, seorang janda Amerika. Keputusan ini mengejutkan negara dan menyebabkan krisis konstitusional. Edward VIII merasa bahwa ia gak dapat memerintah tanpa dukungan dari wanita yang dicintainya.
Edward VIII menikahi Wallis Simpson setelah turun takhta dan mereka menghabiskan sisa hidup mereka di luar negeri. Ia digantikan oleh adiknya, George VI.
11. Raja George VI (1936-1952)
Raja George VI memerintah Britania Raya selama Perang Dunia II dan periode pasca-perang. Ia dikenal karena keberanian dan ketabahannya selama masa-masa sulit. George VI menjadi simbol harapan dan persatuan bagi rakyat Britania Raya. Ia bekerja sama dengan Perdana Menteri Winston Churchill untuk memimpin negara melalui perang.
George VI menikahi Elizabeth Bowes-Lyon dan mereka memiliki dua anak perempuan, Elizabeth (kemudian menjadi Ratu Elizabeth II) dan Margaret. Masa pemerintahannya menyaksikan pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan awal dari Perang Dingin. George VI meninggal pada tahun 1952 dan digantikan oleh putrinya, Elizabeth II.
12. Ratu Elizabeth II (1952-2022)
Ratu Elizabeth II adalah raja Britania Raya dari tahun 1952 hingga 2022, menjadi raja terlama dalam sejarah Inggris. Masa pemerintahannya menyaksikan perubahan sosial, politik, dan teknologi yang signifikan. Elizabeth II dikenal karena dedikasinya pada tugasnya dan komitmennya untuk melayani rakyatnya.
Elizabeth II menikahi Pangeran Philip dari Yunani dan Denmark dan mereka memiliki empat anak: Charles, Anne, Andrew, dan Edward. Pemerintahannya adalah yang terlama dari raja Inggris mana pun, dan dia telah menyaksikan perubahan besar dalam masyarakat Inggris dan peran monarki. Dia adalah tokoh yang sangat dihormati dan dicintai di seluruh dunia, yang dikenal karena rasa tanggung jawabnya, dedikasinya untuk melayani, dan kemampuannya untuk terhubung dengan orang-orang dari semua lapisan masyarakat.
13. Raja Charles III (2022-Sekarang)
Raja Charles III menjadi raja Britania Raya pada 8 September 2022 setelah kematian ibunya, Ratu Elizabeth II. Ia adalah putra tertua Elizabeth II dan Pangeran Philip, Adipati Edinburgh. Sebelum naik takhta, ia adalah pewaris takhta Inggris terlama dan Pangeran Wales terlama, yang menjabat dari 1952 hingga 2022.
Charles lahir di Istana Buckingham pada 14 November 1948, dan dididik di Cheam dan Gordonstoun Schools, sebelum menghadiri Trinity College, Cambridge, di mana ia memperoleh gelar Bachelor of Arts. Charles bertugas di Royal Air Force dan Royal Navy dari tahun 1971 hingga 1976. Pada tahun 1981, ia menikahi Lady Diana Spencer, dan mereka memiliki dua putra: Pangeran William dan Pangeran Harry. Charles dan Diana berpisah pada tahun 1992 dan bercerai pada tahun 1996. Pada tahun 2005, Charles menikahi Camilla Parker Bowles.
Sebagai Pangeran Wales, Charles mendukung berbagai tujuan amal, termasuk The Prince's Trust, yang ia dirikan pada tahun 1976 untuk membantu kaum muda yang kurang beruntung. Dia juga seorang pendukung arsitektur berkelanjutan dan pelestarian lingkungan. Charles telah berbicara secara teratur tentang perlunya tindakan untuk mengatasi perubahan iklim dan masalah lingkungan lainnya. Dia juga seorang pendukung kuat seni dan budaya, dan merupakan pelindung dari banyak organisasi seni.
Kesimpulan
Nah, itu dia daftar raja-raja Britania Raya dari masa lalu hingga sekarang. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan kalian tentang sejarah Britania Raya, ya! Sampai jumpa di artikel berikutnya!